Sejarah

Read more 0


SEJARAH AWAL BERDIRINYA
DIMULAI DENGAN JEMAAT INDRAMAYU


A
sal  mula  berdirinya  BPK  PENABUR  sekarang ini, tidak terlepas atau sangat terkait dengan perjalanan jemaat Kristen di Indramayu, diawali kisah seorang yang bernama Ang Boen Swie.  
Di  dalam hidupnya, ia merasakan kegelisahan dan ketakutan, terlebih apabila ia memikirkan dosa dan kematian.
Suatu saat ia melihat sebuah perahu kecil yang lepas dari ikatannya sehingga perahu kecil itu menjadi permainan air  Sungai  Cimanuk, terhempas kesana kemari tanpa kemudi.  Peristiwa itu menyerupai gambaran hidupnya, dimana ia merasa diombang-ambingkan dengan berbagai aliran kepercayaan dan keyakinan.  Ia merasa bingung, mana yang harus menjadi pegangan hidupnya agar ia memperoleh rasa tenteram dan damai terlebih apabila ia harus menghadapi kematian.

Pada suatu hari ketika Sdr. Ang Boen Swie sedang mengurus dagangannya di  Karangampel, ia melihat seorang Belanda sedang membaca sebuah Kitab Suci, yang sangat menarik perhatiannya, ia menanyakan  tentang  buku  itu dan mendapat  jawaban yang jelas tentang buku Kitab Suci orang Kristen. Iapun ingin mendapatkan keterangan yang lebih  jelas mengenai  Agama Kristen itu.  Akhirnya Sdr. Ang Boen Swie pergi ke Cirebon dengan berjalan kaki, ingin mencari orang Belanda yang mempunyai Kitab Suci itu.  Lalu ia diantar untuk menemui Pendeta Krol dari Gereja Belanda. 

Ia mendapat penjelasan tentang Kabar Keselamatan dan dipinjami sebuah Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Jawa.  Sdr. Ang Boen Swie membaca dan mempelajari Kitab Suci Perjanjian Baru itu dengan tekun. 

P
ada suatu hari ia berteriak, Inilah emas tulen yang telah lama kucari”. Ia mengalami sukacita besar, hatinya dipenuhi damai dan sejahtera.   Sejak saat  itu ia telah berteman dengan Tuhan Yesus secara pribadi.  Isteri dan anak-anaknya diajak untuk bersama-sama mempelajari isi Kitab Suci. Semula seorang anaknya yang bernama Ang Dji Gwan menolak tetapi setelah ia meneliti sendiri isi Kitab Suci itu, akhirnya mau menerima dan percaya.

Dari Keluarga Ang Boen Swie, pemahaman Firman  Allah ini berkembang kepada keluarga-keluarga lain.  Kuasa Tuhan nampak atas kehidupan mereka, atas permintaan mereka sendiri pada tanggal 13 Desember 1858 dibaptislah 5 keluarga terdiri dari 14 jiwa, dilayani oleh Pdt. Krol dari Gereja Belanda di Cirebon, tanggal inilah yang ditahbiskan sebagai hari jadi berdirinya Jemaat GKI Indramayu kemudian.

Tercatat sebagai Jemaat Indramayu yang pertama adalah :
1. Keluarga Ang Boen Swie              >   6   jiwa
       2. Keluarga Lauw Pang                     >   4   jiwa
3. Keluarga Lie Hong Leng               >   1   jiwa
       4. Keluarga Tjeng Sam Yan              >   2   jiwa
5. Keluarga Tji Tek                            >   1   jiwa
Semua berjumlah 14 jiwa.
5

Sebagai tempat kebaktian dan kegiatan lain yaitu Pemahaman Alkitab adalah rumah keluarga Ang Boen Swie sendiri. Pelayanan firman Tuhan dilakukan oleh Sdr. Ang Boen Swie  dan Sdr. Ang Dji Gwan.
Sdr. Ang Boen Swie terus melayani baik sebagai pemimpin ataupun sebagai penasehat sampai dipanggil Tuhan pada tanggal 4 Agustus 1864.

Peristiwa-peristiwa penting yang perlu dicatat dalam sejarah perkembangan Gereja Kristen Indonesia di Indramayu :

Juni 1864 – 31 Januari 1871.

K
onon bahwa, Indramayu, Cianjur dan Bogor merupakan tempat berdirinya sekolah yang pertama didirikan oleh Belanda di Jawa Barat pada abad ke 18 saat itu, karena pada masa kolonial belum banyak lembaga pendidikan formal seperti sekarang ini.

Menurut Benny G Setiono, dalam bukunya, “ Tionghoa dalam pusaran politik” disebutkan bahwa masa pendudukan Hindia Belanda hanya terdapat sekolah untuk anak-anak Eropa saja, sedangkan bagi anak-anak bumi putera dan Tionghoa tidak tersedia sama sekali.

Sekolah khusus anak-anak Eropa yang pertama dibuka tahun 1816.
Akhirnya bagi anak-anak bumi putera dibuka sekolah-sekolah khusus, pada tahun 1893 diseluruh Hindia Belanda terdapat 504 sekolah bagi anak-anak bumi putera ( Inlandsche Schoolen), dan pada tahun 1910 ada 953 “Tweede Klassce Schoolen”.

            Pada awal abad ke 20, pemerintah kolonial menerapkan politik etis terhadap penduduk Hindia Belanda, antara lain termasuk sektor pendidikan. Namun fasilitas ini tidak atau belum diberikan kepada kaum atau golongan Tionghoa, sehingga mendorong mereka dari golongan Tionghoa mendirikan sekolah sendiri, yaitu Tiong Hoa Hwee Kuan (THHK).

Pasal 128 Regeenering Sreglement 1854, yang memerintahkan para gubernur jenderal mengatur sekolah, tapi tidak termasuk untuk anak-anak golongan Tionghoa, sehingga mereka tidak dapat diterima sekolah, baik di Europeesche School maupun Inlandsche School.
Jadi bagi anak-anak golongan Tionghoa sama sekali tidak disediakan sekolah, bagi etnis Tionghoa yang mampu biasanya mereka mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya dirumah.

Oleh karena adanya gerakan liberal dinegeri Belanda yang semakin kuat dan meluas, akhirnya mendorong kaum kelas menengah Belanda di Hindia Belanda untuk menuntut adanya berbagai perbaikan terutama dibidang pendidikan dan kesehatan.
Terdesak oleh gerakan yang menuntut dilaksanakannya politik Etis (Etischekoers), terutama setelah terbitnya buku “Max Havelaar” karya Doewes Dekker alias Multatuli.
Maka pemerintah Hindia Belanda akhirnya mengijinkan misi keagamaan Katholik dan Zending Protestan untuk membuka sekolah-sekolahnya bagi semua etnik.

Dirk Johannes Van Der Linden.

K
onon 3 orang Zendeling dikirim oleh Nederlands Zendings Vereniging(NZV), Zendeling-zendeling ini ialah Ds. Cornelise Alber, Ds. Dirk Johannes Van Der Linden dan Ds. G.J Grashuis untuk mengemban tugas misionaris berlandaskan pada isi berita Evangelistik : “Gaat en Henen, Onderwijst al de Volken” (Pergilah kalian,  ajarilah  semua bangsa), mereka lalu
6

membuka sekolah-sekolah ditempat ditempat mereka ditugaskan, Ds.Albers dan Ds.Grashuis menetap di Cianjur sedangkan Ds. Dirk Johannes Der Van Linden yang sebelumnya ditempatkan di Cirebon ditugaskan ke Indramayu.

Jumlah jemaat Kristen di Indramayu pada waktu itu hingga tahun 1867 bertambah menjadi 42 orang, kegiatan yang dilakukan dibawah pimpinan DJ Van Der Linden antara lain meliputi :

-          Kebaktian tiap hari minggu diselenggarakan dua kali, pagi dan petang.
-          Pemahaman Alkitab tiap hari Rabu dan Jumat.
-          Persekutuan doa tiap hari senin malam.
-          Kesaksian-kesaksian, tiap kebaktian minggu malam.
-          Tak ketinggalan mendirikan Sekolah Kristen yang pada waktu itu dengan murid baru 3 orang. Kemudian berkembang menjadi 17 orang dan 17 tahun kemudian menjadi 74 orang.

Sekolah yang dibuka oleh Ds. D J Van Der Linden di Indramayu terbuka bagi anak-anak Eropa pada pagi hari dan anak-anak Tionghoa pada sore hari, sedangkan anak-anak bumi putera pada waktu itu belum ada yang masuk dalam sekolah berbasis zending ini.
Oleh Residen Cirebon F.H.A Van De Poel, sekolah Kristen di Indramayu ini disebut sekolah yang terbaik  diseluruh Jawa, demikian  menurut  surat  zendeling  Dirk J Van der Linden kepada Pengurus Pusat NZV di Belanda. Indramayu, 11 September 1867, AR vol Z, 14-3.
 (Dr. Th Van Den End,”Sumber-Sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat 1858-1963”).

Pada tahun pertama dibukanya sekolah ini hanya terdapat 3 orang murid yang mendaftar, namun dalam waktu berjalan bertumbuh menjadi 17 murid, kemudian tahun 1871 jumlah murid telah mencapai 74 orang.

Tahun 1871 – 1890

P
dt. Dirk Johannes Van Der Linden, karena kesehatannya mengambil cuti kembali kenegeri Belanda, dan sebagai penggantinya untuk melayani jemaat di Indramayu adalah Ds. Jan Lambreech Zegers sebagai pendeta sekaligus memimpin sekolah ditempat ini.

Inilah awal dimulainya atau cikal bakalnya BPK PENABUR Indramayu sekarang ini, tak lepas dari pelayanan yang dilakukan oleh Pendeta Dirk Johannes Van Der Linden sebagai pembuka sekolah-sekolah bagi semua warga masyarakat lintas etnis di Indramayu, khususnya sekolah Kristen zending bagi warga Hindia Belanda saat itu, yang kemudian dilanjutkan oleh Pdt. J. L. Zegers.
Pertumbuhan jemaat terus bertambah dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti yang telah dimulai oleh Pdt. D.J. Van Der Linden dan kini dilanjutkan oleh Pdt. Jan Lambreech Zegers, kejadian-kejadian penting pada sat itu ialah :

·      Keadaan anggota jemaat bertambah menjadi 48 orang, 25 % terdiri dari golongan bumi putera atau pribumi.
·      Tahun 1876 berdiri Gedung Gereja Indramayu, yang kemudian sekarang menjadi Gedung TK-SD-SMP BPK PENABUR Indramayu.
     Ini terjadi karena sumbangan sebidang tanah dan uang sejumlah  f. 1000,- dari seorang anggota jemaat yang bernama Ny. Janda Liem Keng Ho.
     Selain itu sumbangan diperoleh dari anggota jemaat Indramayu sendiri dan sumbangan uang sebesar f. 2750,- dari jemaat Kristen di Seba, Pulau Sawu - Kupang NTT (sekarang  Kabupaten Sabu-Raijua), melalui pendetanya bernama Ds. Treffer.
7

·      Diatas tanah itu pula dibangun Balai Pengobatan oleh NZV yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar penduduk Indramayu saat itu.
·      Kemudian kebaktian Minggu pagi dilaksanakan di Gedung Gereja baru, sedangkan kebaktian Minggu  malam diadakan  dirumah sdr. Lie Hong Leng.  Ini  disebabkan  karena  letak gedung
·      gereja baru, jauh dari kediaman anggota jemaat Tionghoa dan penerangan pada waktu itu belum memadai serta keamanan belum terjamin besar.
·      Peristiwa yang pernah terjadi saat itu ialah meninggalnya 15 orang dari 71 anggota jemaat disebabkan oleh karena berjangkitnya penyakit menular (Epidemi).
·      Pada tanggal 13 Desember 1878, Jemaat Kristen Indramayu merayakan Ulang Tahun ke 20.
·      Pada saat itu pula Sekolah Kristen mulai berkembang dengan jumlah murid 74 orang, dan sekolah letaknya disebelah gereja.

Karena tugas yang cukup berat melayani jemaat, memimpin dan mengajar disekolah, mengurus Balai Pengobatan dan sebagai Konsulen Gereja Belanda, Pdt. J.L Zegers dibantu oleh guru Injil bangsa Indonesia ( belum ditemukan identitasnya) selama 2 tahun (1880-1882), setelah bekerja selama 11 tahun Pdt. J.L Zegers mengambil cuti sakit ke negeri Belanda meninggalkan Indramayu.
Kemudian tugas pelayanan digantikan Ds. E. Janfruchte hingga 1884. Ia adalah seorang yang sangat sederhana, tidak mempunyai istri dan menempati sebuah ruangan dibelakang gereja.
Kabar selamat makin tersiar lebih luas lagi, jemaat waktu itu berjumlah 62 orang.
Pdt. E. Janfruichte kembali kenegeri Belanda karena sakit pada tahun 1884.

Setelah sehat kembali dan selesai masa cutinya Pdt. J.L Zegers kembali melayani di Indramayu pada tahun 1884 hingga 1890, dimana selama pelayanannya itu jemaat Indramayu bertumbuh dan berkembang, dan mulai memikirkan mempunyai gedung gereja yang lebih baik dan luas, akhirnya setelah mendapatkan lokasi tanah yang cocok, mulailah dilakukan pembangunan Gedung Gereja yang baru dan selesai kemudian diresmikan tanggal 22 Juli 1888, yang terletak di Jalan Cimanuk No.23/G sekarang ini, atas sumbangan jemaat yang bernama Tjan Hiang Eng.
Sdr. Ang Djie Gwan setelah menyelesaikan pendidikannya diangkat menjadi Pembantu Pendeta.
Tahun 1885 untuk pertama kalinya diadakan pemilihan dan pengangkatan Majelis Gereja, Sdr. Ang Djie Gwan menjadi Tua-Tua dan seorang lagi menjadi Syamas (Identitasnya tidak ditemukan), jumlah jemaat  menjadi  77 orang  pada   tahun  1887,  dan  pada  1 Januari 1888  Sdr.  Tan Kie An  menerima Baptisan Kudus, ia seorang yang rajin membaca dan menyelidiki Alkitab. Rumahnya selalu terbuka untuk teman-temannya dan bersama-sama memahami isi Alkitab. Ia gemar menolong sesamanya yang mengalami mengalami kesusahan. Satu hal yang penting ia juga mempunyai andil yang besar dalam pendirian jemaat Juntikebon dan jemaat Tamiang, selain itu pula ian menjadi penjual Alkitab tanpa memungut keuntungan bahkan ada kalanya ia memberikan cuma-cuma.

            Pada tanggal 22 Juli 1888, Gedung Gereja yang kedua diresmikan yang terletak didekat Gang Tambangan dan sekarang menjadi gereja GKI Jabar Jl.Cimanuk No.23/G Indramayu.
Gedung ini semula adalah sebuah rumah pelesiran yang dibeli oleh seorang anggota jemaat bernama Tjan Hiang Eng. Setelah rumah dibangun dan diperbaharui serta dilengkapi perabotannya, lalu dipersembahkan sebagai gedung kebaktian.  Sdr. Tjan Hiang Eng juga ikut andil dalam pembangunan  gereja-gereja di Jatibarang dan Bangodua.
Tahun 1890, Pdt. J.L Zegers mengakhiri masa tugasnya di Jemaat GKI Indramayu dan kembali ke negeri Belanda karena disana sudah menunggu yang baru.
Pada saat itu jemaat Indramayu bertambah 17 anggota baru, sehingga menjadi 94 orang.
  8

Tahun 1890 – 1930.

K
emudian tugas pelayanan Pdt. J.L Zegers, digantikan oleh Ds. O Van Der Brug hingga tahun 1899, dan diteruskan oleh Pdt. Ds. C.J Hoekendick hingga tahun 1910, dan dilanjutkan oleh Pdt. Ds. A. Vermeer, selanjutnya Pdt. Ds. A. Van A.S menggantikan tugas pelayanan Ds. A Vermeer di Indramayu dan berupaya juga untuk meningkatkan pendidikan dan sekolah kristen dengan pengantar bahasa Belanda.
Dalam catatan ”Buku Peringatan 100 Tahun GKI Indramayu”, pada waktu itu sekolah kristen ini berbahasa pengantar Belanda dan Melayu.
”Sekolah dengan bahasa pengantar Belanda yang dikelola oleh guru, puteri dari Zendeling Ds. A. De Haan yang bernama Johanna Maria De Haan mendapat kemajuan, tetapi sekolah dengan pengantar bahasa Melayu kurang mendapat perhatian” demikian tulisan dalam catatan tersebut.

Pada tahun 1906 Zending membuka juga sekolah di Jatibarang, sebagai tenaga pengajar ditempatkan juga Sdr. Ong Gwan Swie dan Ong Kim Hong.
Tahun 1911 Zending melakukan reorganisasi yang diusahakan oleh Pdt. Ds. A. Van A.S dengan dicetuskannya ide sekolah yaitu Hollands Chineeze Zendings School (HCZS).

Tahun 1916 Pdt. A.Van A.S digantikan oleh Pdt. Ds. H.D. Woortman hingga tahun 1920.
Kemudian tahun 1922 sekolah zending di Indramayu dikembangkan menjadi Hollands Chineesche Zendings School (HCZS), Gedung sekolah HCZS yang dibangun diatas tanah bekas lokasi bangunan gedung gereja pertama (1876), sekarang menjadi Kompleks Sekolah BPK PENABUR Jalan Veteran.
(Pdt.Ronny Nathanael, ”Pandangan Terhadap Materi di kalangan orang Kristen berlatar belakang etnis Cina”)

Tahun 1922 Gedung sekolah di Jalan Veteran 73/B dirombak digunakan oleh HCZS, Sdr. Yusuf M Archasan diangkat untuk mengajar pendidikan agama di HCZS hingga 1928. Dan bangunan sekolah inilah yang menjadi gedung sekolah TK, SD dan SMP BPK PENABUR saat ini.
Kemudian Zending membuka sekolah di desa Jangga Losarang tahun 1930, dengan tenaga pengajar Sdr. Asmawi Tombo, Wejalib dan Kho Im Liong ( Yohanes Ang, ”Seraut Wajah Jemaat Desa”).

Setelah melalui situasi   dan  kondisi  pasang  surut dan perubahan suhu politik,  hingga akhirnya
terbentuk   Gereja Tionghoa yaitu Tjiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH). 

Tahun 1935 – 1940

P
dt. E. Burgstede ditempatkan di Indramayu, tetapi hanya dalam waktu singkat beliau melayani hanya satu tahun, sebab kesehatannya terganggu.  Kembali Majelis harus bekerja keras untuk melayani jemaat.    Sebagai Pendeta  Konsulen  adalah Pdt. J. Van de Weg yang telah kembali dari cutinya.  Tidak lama kemudian Sdr. Kho Tjoe Sin ditempatkan oleh NZV untuk melayani jemaat Indramayu dengan jabatan Guru jemaat.

Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam periode ini adalah :

Bulan Maret 1937, jemaat Indramayu mengirim utusannya yaitu Sdr. Khoe Tjoe Sin dan seorang lagi (belum ditemukan data identitasnya) mengikuti Konperensi CHCTCH di Purworejo, yang menghasilkan keputusan bahwa “jemaat-jemaat Tionghoa di Jawa Barat agar segera membentuk Khoe Hwee (Klasis).
Sdr. Khoe Tjoe Sin,  kemudian  menjadi salah  seorang anggota  “Panitya Perantjang Peratoeran  Tiong  Hoa  Kie  Tok  Kauw  Hwee  (THKTKH)  Khoe  Kwee  Djawa  Barat”   yang  diangkat  dalam
 9

konperensi pembentukkan Gereja THKTKH Khoe Kwee Djawa Barat pada bulan Nopember 1937.  Selain Sdr. Khoe Tjoe Sin tercatat  pula  Sdr. The Tee Bie  yang  semula  berasal  dari Indramayu, duduk sebagai anggota panitia.  Kontribusi tidak langsung dari jemaat Indramayu dalam THKTKH Djawa Barat ini adalah dalam diri Sdr. Tan Houw Siang, yang semula berasal dari Jemaat Indramayu, yang terpilih sebagai Sekretaris Moderamen/Badan Pekerja Harian Khoe Hwee Djawa Barat.  Melalui  Persidangan Khoe Hwee  Jawa Barat  yang pertama, diadakan pada tanggal  12 Nopember 1938 di  THKTKH Patekoan Jakarta, resmilah  berdirilah THKTKH Khoe Hwee Djawa Barat.

THKTKH  Indramayu  bersama  THKTKH Kebon Jati  Bandung,  Patekoan  Jakarta,  Senen  Jakarta  dan  Cirebon menjadi anggota THKTKH Khoe Hwee Djawa Barat yang pertama.

Tahun 1938 Sdr. Khoe Tjoe Sin  meninggalkan Indramayu, oleh N.Z.V. secara resmi Sdr. Kesa Joenoes  ditugaskan  melayani  Jemaat Indramayu sebagai pemimpin dan guru jemaat.

Suatu  peristiwa  penting terjadi pada tanggal 24 Maret 1940, oleh Zendings Consulaat, THKTKH Khoe Hwee Djawa Barat diresmikan sebagai Gereja yang berdiri sendiri.

Tahun 1940 – 1947

T
anggal 6 Oktober 1940 Sdr. Oey Bian Tiong sebagai Pendeta di THKTKH Indramayu, dengan hak penuh untuk melayani sakramen.
Pada tahun 1942 Jepang mendarat di Eretan (35 km dari Indramayu, arah ke Jakarta).  Kota Indramayu yang tadinya dalam keadaan tenang berubah menjadi kacau. 
Banyak pengungsi masuk kota Indramayu, saat itu pulalah mulainya penjajahan Jepang di Indonesia,  dimana-mana timbul penderitaan dan kemiskinan,  Majelis bersama anggota jemaat terpanggil untuk membantu mereka yang menderita. Pada saat-saat itu gereja tetap melaksanakan kegiatan-kegiatannya, yaitu kebaktian tetap berjalan bahkan pernah diadakan ceramah untuk pemuda-pemudi tentang  tokoh-tokoh agama pada zaman dahulu maupun pada jaman itu yang hadir tercatat sekitar 200 orang.

Tahun 1942 Sekolah HCZS ditutup, karena diambil oleh Jepang dan dijadikan Barak Asrama tentara Dai Nippon,  dan  setelah  Jepang menyerah  karena  Hiroshima  dan  Nagasaki di bom oleh Amerika, di bulan Aguswtus 1945,  mereka menyerah dan kembali kenegaranya, gedung sekolah diambil alih oleh Tentara Republik Indonesia dan dijadikan Asrama Tentara  saat itu.

Tahun 1947 - 1951 

P
ada waktu Pdt. Kesa Joenoes bertugas di Jemaat Indramayu, kegiatan-kegiatan dapat berjalan dengan lancar, antara lain disebabkan oleh keikut sertaan tiga orang puterinya, melayani dalam bidang Paduan Suara dan Sekolah Minggu. 
Kejadian-kejadian penting pada masa itu ialah :

            Awal tahun 1947 atas karunia Tuhan telah membeli sebuah rumah beserta tanahnya, yang terletak disamping utara gereja, Jl. Cimanuk 23/G.  Dana diperoleh berupa sumbangan uang dari Sdr. Tjeng Wie Tjok  sejumlah Rp. 5.000,-  Beberapa bulan kemudian pada tahun yang sama jemaat Indramayu menerima sumbangan uang sebesar Rp. 4.000,- dari Sdr. Tjan Ie Gwan, cucu dari Sdr. Tjan Hiang Eng.  Uang  tersebut  digunakan  untuk  membeli  sebidang  tanah, bekas gudang seng yang letaknya disamping selatan gereja.
10

Tanggal 26 Pebruari 1947 Jemaat Indramayu dilanda ketakutan dan kegelisahan karena,  terdengar   berita  bahwa  penduduk  harus  diungsikan  karena kota Indramayu  akan  dibumi  hanguskan.  Kemudian pada waktu tidak lama kota Indramayu dilanda banjir, akibat bobolnya tanggul  Sungai Cimanuk.  Banyak anggota  jemaat  terutama yang muda-muda pindah ke Jakarta dan Bandung.
Namun gereja Tuhan di Indramayu tetap berdiri dan dapat melakukan kegiatan-kegiatannya.

Tahun 1948 Sekolah Kristen mulai dibuka kembali meskipun Gedung Sekolah masih dijadikan Asrama Tentara R.I,  sebagai ruang belajar ialah sebuah gedung yang terletak di sebelah selatan lapangan basket, Jl. Cimanuk.  Sekolah Kristen ini diprakarsai dan dipimpin oleh puteri-puteri Pdt. Kesa Joenoes,  yaitu Ibu Bara Joenoes. (Almarhum), Ibu Yohana Joenoes. & Ibu Siti Zachra Joenoes.  Tokoh lain yang juga mempunyai andil besar pada pendidikan Kristen saat itu ialah Bapak Gan Kwat Teng (almarhum).

Tahun 1958 hingga sekarang ini.

Tanggal 13 Desember 1958, Jemaat Indramayu merayakan Ulang Tahunnya yang ke 100, dirayakan dengan penuh syukur dan terimakasih kepada Tuhan Sang Kepala Gereja yang begitu setia memelihara jemaatnya. Anggota jemaat tercatat 241 orang, terdiri dari jemaat Dewasa 142 0rang dan anak-anak 99 orang.
Dan sebagai Hadiah Ulang Tahun Yang Ke 100 adalah selesainya pembangunan Pastori yang cukup indah, yang terletak disebelah selatan gedung gereja.

Tanggal 29 September – 2 Oktober  1958 di Cirebon, Berlangsung sidang THKTKH Thay Hwee Djawa Barat yang menghasilkan keputusan perubahan nama THKTKH TH Djabar menjadi Gereja Kristen Indonesia Djawa Barat. Perubahan ini penting bukan saja sekedar nama yang berubah tetapi juga orientasi, yang mana  orientasi gereja adalah pembentukan gereja bangsa, yang terbuka bagi segala golongan dan suku di Indonesia.

Pada bulan Agustus 1960, Sekolah Kristen di bawah naungan BPK Jabar didirikan sebagai ruang belajar, mempergunakan pendopo sebelah Gereja, dengan membuat ruang-ruang darurat yang hanya disekat pagar bambu.
Jumlah murid-murid pada waktu itu :

-      Taman Kanak-Kanak          >  20  orang

-      Kelas I    SD                          >    9  orang
-      Kelas II   SD                          >    6  orang
-      Kelas III  SD                         >    5  orang
-      Kelas IV  SD                          >  11  orang
-      Kelas V   SD                          >    8  orang
-      Kelas VI  SD                          >    3  orang

-      SMP Kelas I                          >  25  orang
Kepala Sekolah Pertama :
-      Taman Kanak-kanak          >  Ibu Yenny Oey
-      Sekolah Dasar                      >  Ibu Tan Siok Sie  & Guru Tan Siok Tjie                         
-      SMP                                      >  Bpk. Hargosoemitro
       Guru-guru                            >  Bpk. Kasbin Soedharto
                                                         Bpk. Suratno
11

Tahun 1961 Gedung Sekolah H.C.Z.S diserahkan kembali, mulai saat itulah TK, SD BPK Jabar menempati gedung tersebut.  Sedangkan SMP baru pada tahun 1968 menempati gedung tersebut.
Hingga perubahan nama dan pengalihan pengelolaan yayasan dibawah naungan BPK PENABUR  yang kini tersebar di 15 kota di Jawa Barat, Jakarta, Banten dan Lampung.

BPK Djabar KPS Indramayu berdiri pada Juni 1960, dengan Susunan Pengurus waktu itu adalah : Penasehat Pdt. Benny Gouw Kim Hok (Benny Abednego), Ketua : Yap Tek Kin, Wakil Ketua : Tan Hong Djian, Penulis I : Tan Hoey Liam, Penulis II : B. Sitompul, Bendahara : Oey Tiong Hin. Mereka menjalani  masa pelayanan dari tahun 1960 – 1963. 
Jenjang Sekolah yang di buka pada waktu itu adalah, TK, SD dan SMP persiapan yang di lakukan begitu sederhana, Setelah tersedia tempat, meja, kursi, papan tulis almari, papan nama dan sebagainya maka di mulailah pendaftaran  murid  baru  tahun  pelajaran 1960 – 1961  untuk  Jenjang  TK, SD (kelas 1-6) dan SMP. Sedangkan tenaga pengajar justru di siapkan paling akhir, tempat belajar mengajar bukan di gedung sekolah tetapi di aula GKI Indramayu yang biasa di sebut  “Pendopo“ sekarang berubah menjadi gedung ANUGERAH  GKI Indramayu.
Pembukaan secara resmi BPK Djabar Indramayu pada Senin 1 Agustus 1960 dengan upacara sederhana, Pertama kali berlangsung menerima murid sebagai berikut :

Ø  TK                   Menerima  20  Murid.
Ø  SD Kelas 1       Menerima   9   Murid.
      Kelas 2      Menerima   6   Murid.
      Kelas 3      Menerima   5   Murid.
      Kelas 4      Menerima 11   Murid.
      Kelas 5      Menerima   8   Murid.
      Kelas 6      Menerima   5   Murid.
Ø  SMP Kelas 1    Menerima  25  Murid.
Ø  Karena keterbatasan ruang belajar mengajar terpaksa murid TK di gabung dengan murid kelas 1 SD . kelas 2 di gabung dengan kelas 3, kelas 4 dengan  kelas 5  sedangkan kelas 6  di ruang  konsistori  Gereja,  sedangkan kelas 1 SMP menempati sebuah gudang.

Yenny Oey memimpin TK, Tan Siok Sie memimpin Sekolah Dasar dan Hargosoemitro memimpin SMP,  ketiga kepala sekolah ini sebelumnya mengajar di BPK PENABUR Djabar KPS Cirebon. Dan mulai tahun 1961 TK, SD, dan SMP menempati kembali gedung bekas HCZS (Sekolah Belanda sejak Juni 1867).

Sebelum di gunakan untuk kegiatan sekolah gedung bekas HCZS di pakai sebagai asrama tentara.  Berkat usaha Sinode GKI dan Pengurus BPK Djabar, antara lain Ny. Kho Tjoe Yong, gedung tersebut dapat di gunakan kembali untuk kegiatan pendidikan. Namun tahun pelajaran 1962 SMP harus pindah ruang lagi yaitu ke rumah keluarga Liauw Tiam Lun  karena  ruang   belajar   yang   ada  di sekolah   bekas   Zending tersebut kurang satu ruang,  tahun 1967 SMPK pindah lagi satu lokasi dengan TK dan SD di gedung bekas Zending tersebut selama 9 tahun. Tahun 1976 BPK PENABUR KPS Indramayu berhasil membangun tiga ruang belajar, satu ruang kantor, ruang guru, ruang kepala sekolah dan beberapa kamar kecil, sedangkan halaman yang biasa di gunakan untuk upacara bendera disulap menjadi lapangan basket. Biaya pembuatan lapangan basket berasal dari BPK PENABUR KPS Cirebon. 

            Beberapa tahun kemudian BPK PENABUR  KPS Indramayu berhasil membangun lagi tiga ruang belajar, dua ruang kantor yang di gunakan untuk tata usaha dan  gurguru, satu ruang  BP dan  satu ruang  kantin  dan selanjutnya ada tambahan enam ruang lagi, empat ruangan untuk  belajar mengajar satu ruang untuk perpustakaan dan satu ruang untuk laboratorium IPA.
12

P
rof. Dr. Poey Seng Hin ( Solihin Pujiadi ) dan Ir. Ichsan K Gunawan memberi bantuan berupa alat-alat sarana lain bagi laboratorium IPA, sehubungan dengan komitmen untuk mengembangkan  mutu  Pendidikan  bagi  peserta  didik  di lingkungan BPK PENABUR KPS Indramayu, maka di anggap perlu dilengkapi  berbagai  sarana  dan  prasarana.  
Untuk  itu   Pengurus  selalu  memperhatikan berbagai saran dan masukan dari kepala sekolah dan guru -guru akan  pentingnya  ketersediaan  fasilitas  yang  lengkap.  Harapan ini menjadi kenyataan, karena baik orang tua siswa, alumni SMPK Indramayu maupun Alumni sekolah Zending pada zaman Belanda  turut ambil bagian dalam penggalangan dana. Melalui kegiatan  Reuni  Keluarga  Besar Wong Dermayu dan Reuni Alumni SMPK BPK PENABUR dan terkumpul dana yang tidak sedikit.

Tahun 1992  BPK PENABUR Indramayu telah mempunyai gedung baru, tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992 diresmikan pemakaian gedung oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Indramayu Bapak Ope Mustopha.  Bangunan ini terdiri atas tiga ruang belajar SMPK, dua ruang belajar TKK, satu ruang lima sudut untuk  TKK,  satu  ruang  untuk laboratorium computer,  satu ruang tata usaha, satu ruang Pengurus dan ruang untuk Kepala TKK dan ruang untuk kantor guru SDK dan Kepala Sekolah SDK.

Prestasi   yang  dapat di banggakan adalah  keberhasilan  SMPK  BPK PENABUR Indramayu  untuk  pertama  kali  mengantarkan 20 orang  siswanya  mengikuti  ujian pada tahun pelajaran 1962 / 1963 dan  berhasi   lulus  100 %   prestasi  ini  merupakan   awal   yang  baik   bagi  BPK  PENABUR  Indramayu karena banyak  orang tua  siswa  yang  mempercayakan  anaknya untuk di didik di  lingkungan Sekolah BPK PENABUR Indramayu.  

Hal ini juga memacu para guru untuk selalu mempertahankan dan bahkan meningkatkan mutu pendidikan di BPK PENABUR Indramayu, prestasi tersebut, juga di ikuti oleh SDK BPK PENABUR Indramayu. Kemudian pada tahun 1993 SMPK  BPK PENABUR  Indramayu  berhasil meraih status di Samakan yang kemudian di ikuti oleh SDK BPK PENABUR Indramayu.

Beberapa orang yang telah mengabdi dan memimpin BPK PENABUR Indramayu sejak awal berdirinya, ialah :

1.    Yap Tek Kin adalah Ketua yang  pertama,  memimpin   dari tahun 1960 - 1963.  
2.    Odang Tjasmita                                                              dari tahun 1964 - 1966.
3.    Leman Bunyamin                                                                        dari tahun 1966 - 1968.
4.    Kho Kwat Eng                                                                 dari tahun 1968 - 1970.
5.    Odang Tjasmita                                                               dari tahun 1970 - 1975.
6.    Tanudi                                                                              dari tahun 1975 - 1982.
7.    Rahman Setyono                                                                         dari tahun 1982 - 1986.
8.    Ny. S. Heliana                                                                   dari tahun 1986 - 1990.
9.    Harmen Mundung                                                          dari tahun 1990 - 1998.
10.  Suharlin Suyanto                                                            dari tahun 1998 - 2006.
11.  Prajitno                                                                            dari tahun 2006 - 2010.  
12. Damenta Sembiring K  yang  memimpin   mulai  tahun  2010  hingga  sekarang. 

Demikian juga dengan para guru-guru dan Kepala Sekolah yang ytelah mengabdi di BPK PENABUR Indramayu dengan dedikasi yang tinggi dan dalam kondisi yang serba kurang, baik sarana dan penunjang maupun tenaga guru yang minim, kita tetap memberikan apresiasi dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada mereka, yang karena loyalitasnya dan ketaatan serta kesetiaannya untuk tetap mengabdi di BPK PENABUR Indramayu, antara lain :
13

·         Bapak Hargosumitro                         Tahun  1960-1997
·         Ibu Yenny Oey                                                Tahun  1960-
·         Ibu Tan Siok Sie                                 Tahun  1960
·         Ibu Tan Siok Tjie                                Tahun  1960
·         Bapak Kasbin Soedarto                     Tahun  1960-1997
·         Bapak Suratno                                   Tahun  1960-1966
·         Bapak Soewahjo TD                           Tahun  1964-1981
·         Bapak Yusman Undap                       Tahun  1960-1970
·         Bapak Powindra                                Tahun
·         Bapak Djoko Wiratno                        Tahun  1970-1979
·         Bapak Etis Supardjo                          Tahun  1974-2011
·         Bapak Hadi Budiman                         Tahun  1979-1990
·         Ibu Murni Handayani                                    Tahun  1979-2009
·         Ibu Maria Simamora                         Tahun  1979-2009
·         Bapak Mochamad Diding F               Tahun  1979-2009
·         Bapak Ading Soeyono                        Tahun  1979-1994
·         Ibu Tinawati Indrawijaya                  Tahun 1969- hingga sekarang
·         Ibu Lina Kristiadi                               Tahun
·         Bapak Hardjanto                               Tahun
·         Bapak Koridi Kaman                         Tahun
·         Bapak Santoso Mulya                                    Tahun
·         Bapak Tursino                                    Tahun
·         Ibu Lily Chandra                                Tahun
·         Ibu Rukiah Sagala                              Tahun
·         Ibu Farida Soedjaya                           Tahun
·         Ibu Yoke                                              Tahun
·         Ibu Dora Wosiri                                  Tahun
·         Ibu Yokiem                                         Tahun

Itulah guru-guru yang telah berbakti dan berkarya di BPK PENABUR, kini dilanjutkan oleh guru-guru yang tetap dengan setia mengabdi dan mengajar sesuai dengan bidang study yang dimiliki, bahkan terkadang mengajar rangkap bidang study lain karena dedikasi dan loyalitasnya untuk mengabdi, berkarya dan melayani tanpa pamrih, serta tidak memanfaatkan jabatan dan fasilitas sekolah untuk kepentingan sendiri, untuk itu patut diberikan aplaus dan apresiasi yang  tak  terhingga kepada  mereka   serta  para  tenaga   staf  Sekretariat, Administrasi, Perpustakaan, Penatalayan  dan Tenaga Security  yang merupakan bagian yang tak terpisahkan bagi berhasilnya tugas pekerjaan di BPK PENABUR Indramayu.


ORGANISASI  BPK  PENABUR  INDRAMAYU

Sejak awal berdirinya, dimulai dengan tahun 1871 berafiliasi dengan Nederlands Zendings Vereniging (NZV) yang dipimpin oleh Ds. Dirk Johannes Van Der Linden yang bersama-sama DS. C Albers dan Ds. G J Grashuis di Cianjur-Bogor, mengemban tugas misioner berlandaskan pada berita evangelistic,  yaitu :”Gaat en Hanen, Onder wijst al de Volken”artinya “ Pergilah kalian dan ajarilah semua bangsa”mereka membuka sekolah di Indramayu dan Cianjur-Bogor dengan bahasa pengantar Belanda dan Melayu.

14

Tahun 1937 bulan Maret setelah terbentuknya Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) Khoe Kwee Djawa Barat, dan tanggal 24 Maret 1940 oleh Zendings Consulaat, THKTKH Khoe Kwee Djawa  Barat  diresmikan  sebagai  gereja  yang  berdiri  sendiri  dan  THKTKH  Indramayu  menjadi bagian dari Khoe Kwee Djawa Barat, bersama THKTKH Kebon Jati Bandung, Patekoan Djakarta,  Senen Djakarta dan Cheribon atau Cirebon.

Tahun 1950, Kantor Pusat Pengurus Harian Yayasan Badan Pendidikan Tiong Hoa Kie Tok Kwaa Hwee Khoe Kwee Djawa Barat (BP THKTKH KK Djabar) di Bandung, dan kemudian dipindahkan ke Djakarta karena pertimbangan sebagai pusat pemerintahan R I.

Kemudian berubah kembali menjadi Yayasan Badan Pendidikan Kristen Djawa Barat (BPK Djabar). Tanggal 1 Juni 1960  BPK  Djabar  KPS  Indramayu  berdiri dengan  Ketua Yap Tek Kin, kemudian 1 Agustus 1960 Sekolah TKK, SDK dan SMPK diresmikan dan terus bertumbuh dan berkembang hingga saat ini, dengan nama BPK PENABUR Indramayu.

Organisasi BPK PENABUR merupakan salah satu Badan Pelayanan dari GKI Sinode Wilayah Jawa Barat di bidang Pendidikan.

Struktur Organisasi BPK PENABUR adalah :

v  Persidangan Pleno Pengurus Harian yang terdiri : Ketua Umum Pengurus Harian, Sekretaris Umum, Bendahara dan Ketua-Ketua Bidang Bersama Ketua-Ketua BPK PENABUR Setempat.
Yang diangkat oleh Pembina Yayasan dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilaya GKI Jawa Barat.

v  Ketua Umum Pengurus Harian dipilih berdasarkan Persidangan Pleno Pengurus, yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi.
Ketua Umum terpilih menyusun dan mengangkat Anggota Pengurus Harian yang terdiri atas Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dan Ketua-Ketua BPK PENABUR Setempat, dan berdasarkan ketentuan dan persetujuan BPM GKI Sinode Wilayah Jawa Barat serta mendapatkan  rekomendasi dari dari Majelis Jemaat GKI yang bersangkutan.

v  Kemudian Ketua BPK PENABUR Setempat bersama Ketua Umum PH membentuk kepengurusan BPK PENABUR Setempat berdasarkan rekomendasi dari Majelis Jemaat GKI Setempat, dengan masa jabatan kepengurusan BPK PENABUR Setempat adalah 4 tahun dan dapat  diperpanjang lagi untuk satu periode berikutnya. Setelah itu pengurus BPK PENABUR Setempat dapat dipilih kembali untuk menjadi Pengurus BPK PENABUR.

v  Pengurus BPK PENABUR Setempat, adalah yang langsung berhadapan dengan pengelolaan sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, pemerintah dan warga setempat disekitar lokasi sekolah PENABUR.

v  Pengurus Bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan persidangan Majelis Sinode Wilayah KI Jawa Barat, yang berkaitan dengan pertanggungjawaban Pengurus Badan Pendidikan Kristen PENABUR.

Oleh karena itu, PH memiliki tanggungjawab yang tidak ringan untuk mendukung dan mengkoordinir pengurus-pengurus setempat.
Karena BPK PENABUR secara organisasi pelayanan adalah kepanjangan tangan pelayanan bidang Pendidikan Sinode Wilayah GKI Jabar, maka pengurus BPK PENABUR diambil dari jemaat- jemaat GKI dilingkungan Sinode Wilayah Jawa Barat.
15

Itulah sebabnya suasana pelayanan sangat kental di BPK PENABUR. “Meskipun secara secara materi para pengurus ini bekerja secara sukarela tanpa imbalan dan murni berdasarkan kerinduan untuk melayani, namun mereka tetap professional dalam menjalankan tugas dan kewajibannya”
Dengan berbagai macam latar belakang yang dimiliki oleh para pengurus, seperti : Pengusaha, Direktur, Konsultan, Dosen, Pengacara, Pegawai Negeri/Swasta, Pensiunan Sipil dan Purnawirawan, Pedagang, Mantan Guru bahkan profesi lainnya.

Pada awal berdirinya BPK PENABUR yang waktu itu masih bernama BP THKTKH KH Djabar, memiliki sekitar 10 Sekolah yang berada di Indramayu, Jatibarang, Cirebon, Sukabumi dan Bandung serta  Jakarta yang mempunyai 3 dan 4  lokasi sekolah.
Kemudian tahun 1989 berkembang menjadi 100 Sekolah, dan tahun 1999 menjadi 124 Sekolah, saat ini telah menjadi sekitar 138 Sekolah, mulai Dari jenjang PG/TK sampai SMA dan SMK yang tersebar di 15 kota di Jawa Barat, Jakarta, Banten dan Lampung.

Ada beberapa sekolah yang merupakan kerjasama antara BPK PENABUR dan lembaga sekolah lain dalam satu management PENABUR atau PENABUR Preferred Partner yang merupakan bentuk kerjasama BPK PENABUR Jakarta dengan pihak luar.  Bentuk kerjasama ini adalah BPK PENABUR adalah pemilik merek, sistem dan HAKI.
Pihak mitra dapat merupakan perusahaan, yayasan maupun sekolah-sekolah perorangan/pribadi yang memiliki kemiripan visi, misi, tujuan dan filosofi dengan BPK PENABUR.